Cara Working Mom Melakukan Pendekatan ke Anak yang Efektif

Posisi saya selaku karyawan diperusahaan swasta yang artinya memiliki waktu lebih sedikit untuk bisa berinteraksi dengan anak-anak saya. Kali ini saya mencoba menulis berdasar pengalaman yang saya alami sendiri ketika melakukan pendekatan kepada ketiga anak saya. Dimana yang saya rasakan sekarang ini adalah tetap mendapat perhatian dan kasih sayang mereka meski saya membagi waktu yang seharusnya saya gunakan untuk bersama mereka dengan saya bekerja diluar rumah.

Bagi sebagian ibu muda, wajar jika memiliki hasrat ingin 24jam menjaga dan menemani anak kesayangan. Saya juga pernah mengalami ini sih yah ketika baru memiliki anak satu. Namun jika melihat besarnya nominal pendidikan anak bersekolah, rasanya kok ya jadi mikir lagi untuk tetap bekerja. Sempat saya depresi karena tidak bisa menjaga anak sepanjang waktu, sempet khawatir sang buah hati terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi saat itu saya baru memiliki satu anak yah.
Dan hal ini keputusan saya untuk tetap bekerja sempat membuat ASI yang saya produksi menurun tajam. Dan akhirnya ASI saya mengering karena lelah fisik bekerja dan lelah hati menahan hasrat ingin menjaga anak. Belum lagi ada kekhawatiran bagaimana jika anak kita tidak bisa dekat dengan kita karena intensitas pertemuan yang kurang, bagaimana mengejar ketertinggalan yang selama ini saya tinggalkan untuk bekerja dikantor.

Beberapa bulan saya sempat berkutat dengan pemikiran-pemikiran sempit yang sepertinya jika saya ingat sekarang kok yah saya menjadi malu. Loh kok malah jadi malu, kok bisa ?
Saya malu kenapa saya seperti mahluk yang tidak bertuhan. Alloh yang menciptakan saya, menciptakan anak saya, menciptakan dunia ini dan seisinya. Alloh yang akan melindungi semua mahluk ciptaannya. Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada setiap insan didunia. Coba bunda ingat-ingat lagi, apakah bunda disana sempat seperti saya merasa malu dengan kekhawatiran seperti ini.

Mungkin ini yang bisa dikatakan berdamai dengan diri sendiri yah.
Pemikiran saya jadi terbuka setelah ini. Saya jadi lebih ringan melangkahkan kaki untuk berangkat bekerja, lebih fokus menyelesaikan pekerjaan dan bisa pulang kerja tepat waktu. Saya berusaha mengganti waktu-waktu yang hilang dengan membacakan buku-buku cerita. Berusaha untuk selalu “ada” saat menemani anak bermain. Maksud dari kata “ada” ini adalah saya benar-benar memfokuskan pikiran, hati, mata saya ke tingkah laku mereka, canda tawa mereka, setiap detail ucapan mereka benar-saya perhatikan. Saya berusaha selalu menatap mata mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka bercerita tentang kejadian mereka hari itu. Tanpa telepon selular yang jadi pihak ketiga diantara saya dan sang buah hati. Saya juga berusaha mengekspresikan perasaan saya ke mereka, dan saya mencoba membacakan ke mereka ekspresi apa yang mereka rasakan. Entah sedihkah, sayangkah, marahkah, kesalkah. Begitu saya menjelaskan hal-hal yang perlu penjelasan “mengapa” dari suatu kejadian.

Saya rasa membacakan doa-doa pendek serta berbicara kepada mereka ketika mereka sedang tidur diantara ada dan menuju terlelap sepertinya juga memberi andil dalam kelembutan hati anak-anak saya. Sejauh ini, inilah yang bisa saya catatkan dari metode yang saya terapkan dirumah kepada anak-anak saya untuk saya bagi dengan pembaca semua.

Jika kalian ada cerita yang sama dengan saya, boleh loh tinggalkan komentar untuk berbagi dengan saya.
Sekian, terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Orang Bisa Memulai Bisnis Ini dan Pasti Sukses

Cara Menjadi Mombassador SGM Eksplor Penuh Inspirasi dan Memotivasi