Mengantar Anak Periksa ke Dokter Mata Anak di Jakarta

Mengantar Anak Periksa ke Dokter Mata Anak di Jakarta

Selamat Datang Kembali di blog saya.
Artikel kali ini sebenernya curhatan sedih saya ketika pergi membawa anak untuk periksa mata ke dokter mata untuk pertama kalinya. Dokter yang kali ini saya dan anak saya datangi adalah dokter mata di RS. Mata Aini berlokasi di Jl. Rasuna Said, Setiabudi Jakarta Selatan. Untuk yang bepergian dengan kendaraan umum transjakarta bisa turun di halte transjakarta Kuningan Madya Aini ya kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki juga bisa karena letak rumah sakit nya tidak terlalu jauh dari jalan utama.

Saya mulai cerita ini dari gejala pada mata anak saya yang membuat saya memutuskan untuk mengajaknya pergi ke dokter mata. Berawal dari mata anak saya (selanjutnya saya sebut dengan kakak ya) yang terlihat berair dikedua matanya. Gejala berair itu karena dibarengi dengan flu berat yang dialami kakak pada saat itu membuat saya tidak langsung membawa kakak ke dokter mata. Hal yang mencurigakan baru setelah flu berat kakak mulai sembuh tetapi tidak begitu dengan kondisi matanya. Kedua mata kakak semakin berair. Disinilah saya mulai menaruh kekhawatiran. Saya khawatir jika ada benda asing yang masuk ke mata dan tidak bisa keluar. Kekhawatiran lain yang saya pikirkan adalah jika kaka terinfeksi penyakit mata melalui paparan udara bebas.

Setelah mencoba mencari informasi, terkait jadwal dokter mata yang praktek pada hari itu dan kerjasama asuransi dengan pihak rumah sakit. Pada akhirnya saya memutuskan membawa kakak ke RS. Mata Aini. Selain RS ini khusus menangani mata yang saya pikir pasti kompeten dan berpengalaman menangani berbagai penyakit mata. Rumah Sakit ini juga bekerjasama dengan asuransi kesehatan Mandiri InHealth loh ya.

Setibanya saya di Rumah sakit bersama kakak, saya disambut security yang ramah menanyakan keanggotaan saya apakah sudah terdaftar sebelumnya sebagai pasien di rumah sakit itu atau pasien baru. Sebagai pasien baru, saya diberikan formulir untuk dilengkapi untuk keperluan administrasi. Sebagai nilai plus yah, dsini administratornya kooperatif. karena meski saya tidak membawa kartu asuransi atau pun salinan kartu asuransi tapi petugas tetap menerima nomor asuransi yang saya berikan dengan ramah.

Urusan administrasi selesai dan saya diarahkan keruang relaksi. Ruang ini adalah tempat kakak diperiksa matanya seperti di optik pada umumnya, dimana kakak diminta untuk mencoba membaca  dari apa yang terpampang di layar. Kakak semula mengatakan tidak bisa membaca apa yang tertulis di layar. Saya sempat membujuknya agar mau membaca karena huruf dan angka yang dilayar seharusnya sudah bisa dibacanya. Karena kakak bersikeras bahwa dia tidak bisa membaca, akhirnya petugas mengarahkan kami ke alat pendeteksi dengan komputerisasai.

Disinilah perasaan saya sebagai seorang ibu seperti tersayat. Petugas memberikan hasil yang sangat mengejutkan bagi saya. Kakak dideteksi menderita rabun jauh dengan ukuran yang sudah tinggi yaitu minus 8 untuk mata kanan dan minus 7,75 untuk mata kiri. Sulit sekali buat saya menerima kondisi mata kakak yang demikian. Petugas kemudian meminta kakak kembali mencoba membaca secara manual dengan mengganti lensa pada kacamata pengukur dengan minus 8. Terkejutlah saya, kakak yang sedari tadi tidak bisa membaca kemudian dia lancar membaca huruf dan angka yang ditunjuk. Artinya mata kakaK benar menderita minus tinggi.

Masih dengan perasaan kacau, saya mencoba tegar didepan kakak dan melanjutkan pemeriksaan mata ini ke ruang konsul dokter. Dokter Adi Wicaksana, itu lah nama dokter yang memeriksa anak saya selanjutnya. Dokter melakukan berbagai tes pada mata kakak dan disampaikan hasilnya bahwa kaka minus 8 adalah benar adanya.

Penjelasan kenapa mata kakak berair adalah karena syaraf mata kakak dirasa sudah sangat lelah dengan rabun yang diderita kakak. Dokter memberikan resep vitamin untuk syaraf mata dan memberikan rujukan untuk membuat kacamata. Berdasar analisa dokter, sakit rabun yang diderita kaka bisa jadi itu adalah faktor gen yang tidak disadari yang kemudian dibarengi pola screen time yang salah.

Saya juga menanyakan ke dokter apakah faktor gen ini juga bisa terjadi di anak saya yang lain?
Menurut dokter hal ini bisa dilihat pada pemeriksaan kakak berikutnya yang dibarengi dengan semua saudaranya.
Saya akan bahas pada postingan blog saya selanjutnya ya...

Buat teman-teman yang punya informasi alternatif terapi mata boleh banget loh info ke saya. Semoga ikhtiar saya untuk anak saya mendatangkan hasil.
Terimakasih ya sudah mampir dan membaca ini sampai sini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Orang Bisa Memulai Bisnis Ini dan Pasti Sukses

Cara Menjadi Mombassador SGM Eksplor Penuh Inspirasi dan Memotivasi